Jumat, 19 Oktober 2012

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM ISLAM
By Iyan Hayani

Belakangan ini dunia pendidikan telah disibukkan dengan perubahan kurikulum yang memasukkan nilai-nilai yang berkarakter. Para guru mulai sibuk dan mungkin sedikit dipusingkan dengan beberapa perubahan yang ada dalam kurikulum. berdasarkan pengalaman penulis, banyak guru yang bertanya-tanya bagaimana menerapkan pembelajaran berkarakter di dalam kelas. Tetapi, bagaimana sebenarnya pendidikan karakter dalam islam?

Ada beberapa nilai yang ditawarkan dari pendidikan berkarakter diantaranya adalah Religius. Tapi mengapa harus ada nilai-nilai yang lain seperti, jujur, bertanggung jawab, saling menghormati dan lain sebagainya? Padahal satu nilai religius tadi seharusnya dapat mengcover nilai-nilai yang lain. Ada apa dengan nilai religius dalam pendidikan karakter?
Sebagai seorang muslim, penulis lebih menitik beratkan pada nilai religius. Karena bagi seorang muslim, nilai-nilai yang lain itu merupakan nilai yang memang harus dimiliki oleh seorang muslim. Dalam hal ini karakter yang dimaksudkan lebih tepat jika penulis menyebutnya sebagai Akhlaqul Karimah. Seorang muslim harus meneladani Akhlaq Rasulullah dalam menjalani kehidupan. Jadi, karakter tanpa teladan adalah Nol.

Tahukah kita (jika anda muslim), bahwa Rasulullah telah membentuk para sahabat dengan memiliki karakter yang kuat. Bagaimana hal ini terjadi? Kita sebagai seorang muslim, seharusnya menyadari bahwa Rasulullah telah mengajarkan kita bagaimana membentuk generasi yang berakhlaqul karimah (red.berkarakter). Kunci dari itu semua adalah "Keteladanan". Bagaimana mungkin seorang guru dapat mendidik murid untuk berlaku jujur jika ia tidak jujur? Bagaimana mengajarkan berakhlaqul karimah, jika tidak berakhlaqul karimah? 

Kondisi saat ini, ketika sulitnya kita mengatur dan mendidik anak-anak kita, bisa jadi merupakan menifestasi dari segala tingkah kita sebagai seorang guru ataupun orang tua. Boleh jadi kita mengajarkan kepada anak untuk bertanggung jawab padahal kita sendiri tidak bertanggung jawab, mengajarkan disiplin, padahal kita selalu datang terlambat, mengajarkan kebersihan, tapi selalu membuang sampah sembarangan, menyuruh rajin membaca tapi tidak pernah membaca, mengajarkan kesehatan tetapi merokok. Sekarang anak sekolah dan mahasiswa pada rajin tawuran, jangan-jangan para guru dan dosen juga pada........(cencored). Naudzubillah. Maka tidaklah salah jika kita merenungkan apa yang disampaikan sahabat Umar bin Khaththab, bahwa sebelum anak durhaka kepada orangtuanya, orangtuanya dahulu yang telah durhaka kepada anaknya. "Engkau datang untuk mengadukan kedurhakaan anakmu, padahal engkau telah durhaka kepadanya sebelum ia mendurhakaimu. Engkau telah berbuat buruk kepadanya sebelum ia berbuat buruk kepadamu,” kata Umar kepada orangtua yang mengadukan kedurhakaan anaknya.

Jadi, bagaimana mungkin kita ingin mengubah seseorang jika kita tidak mengubah diri sendiri menjadi lebih baik. Guru adalah teladan bagi muridnya. Suatu saat sang muridpun akan menjadi seorang guru dan juga menjadi teladan bagi muridnya. Jadilah guru yang senantiasa memberikan keteladanan kepada para murid dengan meneladani Akhlaq Rasulullah SAW.

0 Comments:

Post a Comment